Arsenal vs Leicester City: Kemenangan Dramatis yang Hampir Gagal, Analisis Performa dan Strategi Mikel Arteta

Arsenal vs Leicester City: Kemenangan Dramatis yang Hampir Gagal, Analisis Performa dan Strategi Mikel Arteta

Pertandingan antara Arsenal dan Leicester City pada lanjutan Liga Inggris 28 September 2024 di Emirates Stadium menjadi salah satu laga yang penuh drama dan kejutan. Arsenal, yang tampil dominan di babak pertama, sempat unggul 2-0 lewat gol Gabriel Martinelli dan Leandro Trossard. Namun, Leicester City mampu bangkit di babak kedua dengan dua gol balasan yang dicetak oleh James Justin, mengubah kedudukan menjadi 2-2. Arsenal akhirnya mampu mengamankan kemenangan dengan dua gol tambahan di injury time melalui Trossard dan Kai Havertz, yang mengunci skor akhir 4-2.

Dalam artikel ini, kita akan membedah lebih dalam beberapa aspek penting dari pertandingan tersebut, mulai dari performa pemain kunci, strategi yang diterapkan Mikel Arteta, hingga bagaimana Leicester City hampir membuat Arsenal menderita di hadapan pendukungnya sendiri.

Statistik dan Dinamika Pertandingan

Pertandingan antara Arsenal dan Leicester City ini menyuguhkan sepakbola yang seru, penuh intensitas, dan perubahan momentum yang drastis. Berdasarkan statistik pertandingan, Arsenal mendominasi penguasaan bola dengan 65%, sementara Leicester lebih banyak mengandalkan serangan balik cepat. Meski Leicester hanya memiliki sedikit peluang, mereka mampu memaksimalkan beberapa di antaranya menjadi gol.

Arsenal mencatatkan 18 tembakan ke gawang, dengan 8 di antaranya mengarah tepat sasaran. Leicester, di sisi lain, hanya memiliki 6 tembakan, tetapi 4 di antaranya mengenai target. Statistik ini menunjukkan bagaimana Arsenal mampu menciptakan banyak peluang, tetapi juga menggambarkan ketajaman Leicester dalam memanfaatkan kesempatan yang ada.

Babak Pertama: Dominasi Arsenal

Babak pertama sepenuhnya dikuasai oleh Arsenal. The Gunners tampil percaya diri dan mengontrol jalannya pertandingan. Gol pertama datang dari Gabriel Martinelli pada menit ke-15 setelah menerima umpan dari Bukayo Saka. Kecepatan dan kemampuan teknis Martinelli membuatnya sulit dihentikan oleh pertahanan Leicester.

Gol kedua dicetak oleh Leandro Trossard pada menit ke-35. Trossard yang baru bergabung dengan Arsenal pada musim panas lalu, menunjukkan performa yang impresif. Umpan terobosan dari Martin Ødegaard berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Trossard, yang menaklukkan kiper Leicester, Daniel Iversen, dengan tembakan kaki kirinya.

Keunggulan 2-0 ini seharusnya menjadi modal yang kuat bagi Arsenal untuk meraih kemenangan nyaman. Namun, pertandingan sepakbola sering kali sulit diprediksi, dan apa yang terjadi di babak kedua membuktikan hal tersebut.

Babak Kedua: Kebangkitan Leicester City

Leicester City kembali dari ruang ganti dengan semangat baru. Mereka tampak lebih agresif dalam menekan Arsenal, yang mungkin sudah merasa terlalu nyaman dengan keunggulan dua gol. Pada menit ke-55, James Justin berhasil memperkecil ketertinggalan setelah menerima bola dari situasi sepak pojok. Sundulannya berhasil menaklukkan Aaron Ramsdale, yang tidak mampu menjangkau bola.

Gol pertama Leicester ini mengubah dinamika pertandingan. Arsenal tampak mulai gugup, dan momentum mulai beralih ke pihak Leicester. Hanya berselang 15 menit setelah gol pertama, Justin kembali mencetak gol untuk menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Kali ini, Justin memanfaatkan kelengahan di lini pertahanan Arsenal, dengan memaksimalkan bola rebound dari tembakan Kelechi Iheanacho.

Performa Justin dalam pertandingan ini sangat mengesankan. Meskipun biasanya bermain sebagai bek, kemampuannya dalam membantu serangan memberikan ancaman nyata bagi Arsenal. Dengan dua gol dari peluang yang terbatas, Leicester menunjukkan bahwa mereka adalah tim yang mampu mengeksploitasi setiap celah yang diberikan lawan.

Arsenal Nyaris Gagal Menang: Apa yang Salah?

Setelah unggul 2-0, Arsenal tampaknya kehilangan konsentrasi di babak kedua. Kesalahan dalam bertahan menjadi salah satu faktor utama yang memungkinkan Leicester menyamakan kedudukan. Salah satu kelemahan yang terlihat jelas adalah kurangnya komunikasi antara para pemain bertahan, terutama dalam situasi bola mati. Gol pertama Justin dari sepak pojok menunjukkan ketidakmampuan Arsenal untuk mempertahankan area pertahanannya dengan baik.

Selain itu, Arsenal tampak kesulitan mempertahankan tempo permainan mereka. Setelah unggul dua gol, mereka cenderung lebih pasif dan memberikan terlalu banyak ruang bagi Leicester untuk membangun serangan. Hal ini diperburuk dengan keputusan Arteta yang mungkin terlalu cepat untuk beralih ke mode bertahan, yang akhirnya justru membuat timnya rentan terhadap serangan balik.

Strategi Mikel Arteta: Penyesuaian yang Krusial

Mikel Arteta, dalam wawancaranya dengan BBC setelah pertandingan, mengakui bahwa timnya menderita lebih dari yang seharusnya. "Kami lebih menderita dari yang seharusnya, tetapi ini adalah sepakbola. Sangat senang dengan tim," ucap Arteta. Pelatih asal Spanyol itu mengakui bahwa kebobolan dua gol di babak kedua membuat segalanya lebih sulit, tetapi dia juga memuji karakter timnya yang tidak menyerah meski berada di bawah tekanan.

Arteta melakukan beberapa penyesuaian krusial setelah Leicester menyamakan kedudukan. Salah satu keputusan pentingnya adalah memasukkan Kai Havertz untuk memperkuat lini serang di menit-menit akhir pertandingan. Havertz, yang sebelumnya tampil kurang maksimal di beberapa pertandingan, menunjukkan bahwa dirinya masih memiliki kualitas untuk menjadi pembeda.

Arsenal kembali menekan dengan intensitas tinggi di injury time, dan hasilnya terbukti ampuh. Trossard mencetak gol keduanya pada menit ke-91 setelah memanfaatkan kesalahan dari bek Leicester. Gol tersebut mengembalikan keunggulan Arsenal menjadi 3-2. Tak lama kemudian, Kai Havertz menyelesaikan kemenangan Arsenal dengan golnya pada menit ke-94, yang memastikan skor akhir 4-2.

Leandro Trossard: Pemain Kunci Arsenal

Leandro Trossard layak mendapatkan pujian khusus atas performanya di laga ini. Mantan pemain Brighton tersebut mencetak dua gol krusial yang membantu Arsenal meraih kemenangan. Gol pertamanya di babak pertama menunjukkan kecerdasannya dalam bergerak tanpa bola, sementara gol keduanya di injury time menunjukkan ketenangannya di momen-momen krusial.

Kehadiran Trossard telah memberikan dimensi baru bagi serangan Arsenal. Ia mampu bermain di berbagai posisi, baik sebagai penyerang tengah maupun sayap, serta memiliki kemampuan untuk mencetak gol dari berbagai situasi. Dalam laga ini, Trossard membuktikan bahwa dirinya adalah aset penting bagi tim yang ingin terus bersaing di papan atas Liga Inggris.

Kai Havertz: Pembuktian di Momen Penting

Kai Havertz juga berperan penting dalam kemenangan ini, meskipun baru dimasukkan di babak kedua. Havertz, yang sempat dikritik karena performanya yang tidak konsisten sejak bergabung dengan Arsenal, akhirnya memberikan kontribusi besar dengan gol penutup di injury time. Gol ini mungkin bisa menjadi titik balik bagi Havertz untuk mengembalikan rasa percaya diri dan performa terbaiknya di Arsenal.

Arteta secara terbuka memuji karakter timnya yang tidak menyerah hingga akhir pertandingan. "Memulai pada pemutaran babak kedua dengan cara yang kami lakukan, kebobolan gol pertama ini membuat segalanya sangat lebih sulit, tetapi dengan gol penyeimbang, tim menunjukkan karakter yang luar biasa untuk terus menekan," ujar Arteta. Ini menunjukkan bahwa mentalitas juara tetap menjadi fokus Arteta dalam membangun tim yang kuat secara mental.

Kesimpulan

Pertandingan antara Arsenal dan Leicester City pada 28 September 2024 adalah cerminan dari kerasnya kompetisi di Premier League. Arsenal, meski sempat unggul nyaman, harus berjuang keras untuk meraih kemenangan. Leicester City, di sisi lain, hampir membuat kejutan dengan kebangkitan di babak kedua. Namun, karakter kuat Arsenal di bawah asuhan Mikel Arteta, ditambah performa luar biasa dari Leandro Trossard dan Kai Havertz, memastikan The Gunners pulang dengan tiga poin penting.

Kemenangan 4-2 ini tidak hanya memberikan dorongan moral bagi Arsenal, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka masih memiliki beberapa aspek yang perlu diperbaiki, terutama dalam hal mempertahankan konsentrasi dan stabilitas defensif. Di sisi lain, Leicester City kembali menunjukkan bahwa mereka adalah tim yang bisa memberikan kejutan di setiap kesempatan, bahkan ketika peluang mereka terlihat terbatas.