Performa Pertahanan Manchester United di Musim 2024/2025: Sebuah Krisis yang Mendesak

Performa Pertahanan Manchester United di Musim 2024/2025: Sebuah Krisis yang Mendesak

Musim 2024/2025 belum berjalan mulus bagi Manchester United. Sejak awal kompetisi, inkonsistensi telah menjadi ciri utama performa tim, terutama di sektor pertahanan. Kekalahan telak 0-3 dari Tottenham Hotspur pada 29 September 2024 menjadi bukti nyata dari masalah yang telah berulang kali menimpa "Setan Merah". Gol cepat yang dicetak oleh Brennan Johnson, hanya tiga menit setelah pertandingan dimulai, menjadi simbol krisis pertahanan yang membutuhkan perhatian segera.

Kebobolan Gol Cepat: Awal dari Masalah

Manchester United memulai pertandingan melawan Tottenham di Old Trafford dengan harapan besar. Namun, harapan itu segera runtuh hanya dalam hitungan menit. Pada menit ketiga, bek tengah Tottenham, Micky van de Ven, tanpa perlawanan berarti dari lini tengah MU, menggiring bola sejauh hampir setengah lapangan. Solo run-nya diakhiri dengan umpan silang akurat yang dimanfaatkan oleh Brennan Johnson untuk mencetak gol. Ini bukan hanya satu gol; ini adalah simbol dari masalah yang lebih dalam di jantung pertahanan Manchester United.

Kebobolan gol dalam waktu singkat menjadi pola yang mengkhawatirkan bagi United. Ini bukan kali pertama mereka menghadapi masalah seperti itu. Di laga sebelumnya melawan Twente dalam ajang Liga Champions, skenario serupa terjadi. Gol cepat, khususnya di awal pertandingan, mengacaukan fokus dan mentalitas tim, membuat mereka terjebak dalam situasi yang sulit untuk dibalikkan.

Manajer Erik ten Hag mengakui bahwa gol cepat seperti ini memengaruhi mentalitas tim. Dalam wawancara dengan BBC, Ten Hag menekankan, “Kebobolan gol setelah dua atau tiga menit seperti itu memengaruhi keyakinan kami. Ini gol yang sama sekali tidak perlu.” Komentarnya tersebut menyoroti bagaimana gol cepat sering kali merusak rencana permainan dan strategi tim, membuat mereka lebih rentan terhadap serangan lanjutan.

Masalah di Lini Pertahanan: Kelemahan yang Terus Terulang

Salah satu isu terbesar yang dihadapi Manchester United di musim ini adalah kelemahan di sektor pertahanan. Meski memiliki pemain-pemain berkualitas di lini belakang, seperti Raphael Varane dan Lisandro Martínez, masalah komunikasi dan koordinasi tampaknya terus menghantui. Dalam pertandingan melawan Tottenham, lini pertahanan gagal mengantisipasi pergerakan Van de Ven, memberi terlalu banyak ruang baginya untuk menggiring bola ke depan.

Koordinasi antara lini tengah dan pertahanan menjadi masalah yang sangat jelas. Van de Ven, seorang bek tengah, tidak mendapat tekanan berarti dari pemain tengah MU. Bruno Fernandes dan Casemiro, yang seharusnya memberikan tekanan di lini tengah, tampak tidak bisa memblokir pergerakan lawan. Akibatnya, pertahanan harus menghadapi serangan langsung dari belakang yang berujung pada terciptanya gol.

Selain itu, kelemahan di sisi sayap pertahanan juga menjadi sorotan. Dalam pertandingan melawan Tottenham, sisi kiri pertahanan yang diisi oleh Luke Shaw atau pemain pelapisnya terbukti rapuh. Johnson dengan mudah menemukan ruang kosong di sisi tersebut untuk mencetak gol, tanpa ada penjagaan ketat dari bek sayap atau gelandang bertahan.

Dampak Mentalitas: Pengaruh Gol Cepat Terhadap Performa Tim

Dalam sepak bola, kebobolan gol cepat sering kali memiliki dampak signifikan pada psikologis pemain. Manchester United tidak terkecuali dalam hal ini. Gol cepat dari Brennan Johnson mengacaukan ritme permainan yang ingin dibangun oleh Erik ten Hag. Setelah gol tersebut, MU tampak kesulitan untuk menemukan kembali keseimbangan, yang membuat mereka rentan terhadap serangan lanjutan dari Tottenham.

Dalam pertandingan melawan Tottenham, terlihat jelas bahwa kebobolan gol awal membuat mental pemain MU runtuh. Mereka tampak kehilangan kepercayaan diri, terutama di lini pertahanan, yang pada akhirnya memengaruhi seluruh performa tim. Erik ten Hag secara terbuka menyatakan bahwa gol tersebut sangat merusak keyakinan pemain. Dia juga menyoroti bahwa situasi seperti ini bukan pertama kali terjadi, mengacu pada kekalahan melawan Twente di Liga Champions di mana gol cepat juga menjadi pembuka kekalahan.

Ketika tim kehilangan kepercayaan diri setelah kebobolan, sering kali mereka akan bermain lebih hati-hati, yang ironisnya justru membuat mereka lebih rentan terhadap tekanan. Hal ini terlihat jelas ketika Tottenham terus menekan dan mencetak dua gol tambahan melalui Dejan Kulusevski dan Dominic Solanke. Manchester United tidak mampu bangkit dan menemukan solusi untuk menghentikan serangan lawan.

Analisis Taktik Erik ten Hag: Kegagalan atau Penyesuaian?

Erik ten Hag, yang diangkat sebagai manajer Manchester United dengan harapan besar, kini menghadapi salah satu tantangan terbesarnya sejak mengambil alih posisi tersebut. Meski ia berhasil mengembalikan United ke Liga Champions pada musim sebelumnya, musim ini tampak jauh lebih menantang. Kekalahan dari Tottenham merupakan puncak dari serangkaian hasil buruk, dan banyak yang mempertanyakan taktik yang ia terapkan.

Ten Hag dikenal dengan pendekatan permainan menyerang dan tekanan tinggi, mirip dengan filosofi yang ia terapkan saat melatih Ajax. Namun, di Manchester United, implementasi strategi ini tampaknya tidak berjalan sesuai rencana. Masalah komunikasi antara lini tengah dan pertahanan membuat tim rentan terhadap serangan balik, seperti yang terlihat dalam pertandingan melawan Tottenham.

Selain itu, keputusan Ten Hag untuk tetap bermain dengan formasi menyerang meski kehilangan satu pemain di akhir babak pertama juga dipertanyakan. Bermain dengan 10 orang jelas membuat MU semakin kesulitan, terutama menghadapi serangan cepat Tottenham yang dipimpin oleh Kulusevski dan Solanke.

Namun, tidak sepenuhnya adil menyalahkan Ten Hag. Masalah di Manchester United tampaknya lebih struktural, dengan para pemain yang tidak sepenuhnya cocok dengan filosofi permainan yang ingin diterapkan oleh manajer asal Belanda tersebut. Dibutuhkan waktu dan transfer pemain yang tepat agar tim bisa beradaptasi sepenuhnya dengan gaya permainan yang diinginkan.

Tantangan Ke Depan: Porto dan Aston Villa

Kekalahan dari Tottenham bukanlah akhir dari masalah yang dihadapi Manchester United. Mereka segera dihadapkan pada dua pertandingan yang tidak kalah menantang. Pada 4 Oktober 2024, MU akan bertandang ke Porto dalam lanjutan Liga Europa, di mana tekanan untuk meraih kemenangan semakin besar setelah hasil buruk di pertandingan sebelumnya.

Porto dikenal sebagai tim yang kuat di kandang, dan dengan performa pertahanan MU yang rapuh, ini bisa menjadi ujian besar bagi Erik ten Hag dan timnya. Selain itu, hanya dua hari setelah pertandingan tersebut, Manchester United harus menghadapi Aston Villa, yang saat ini berada di peringkat lima Liga Premier. Aston Villa yang sedang dalam performa baik diprediksi akan memberikan perlawanan sengit, terutama dengan kelemahan pertahanan United yang tampak jelas.

Solusi dan Harapan

Meski musim ini dimulai dengan buruk, Manchester United masih memiliki waktu untuk membalikkan keadaan. Salah satu langkah pertama yang harus diambil adalah memperbaiki komunikasi dan koordinasi di lini belakang. Raphael Varane dan Lisandro Martínez, sebagai bek tengah yang berpengalaman, harus menjadi pemimpin yang mampu mengorganisir pertahanan dengan lebih baik.

Selain itu, Erik ten Hag perlu mengevaluasi taktik dan formasi yang diterapkan. Mungkin sudah saatnya meninjau ulang pendekatan permainan menyerang yang diterapkan jika tidak didukung oleh soliditas di lini pertahanan. Pemanfaatan pemain-pemain seperti Casemiro dan Sofyan Amrabat sebagai pelindung di lini tengah bisa menjadi solusi untuk menahan serangan balik lawan.

Di sisi lain, manajemen klub juga perlu memberikan dukungan dengan transfer pemain yang tepat. Menambah bek sayap yang lebih defensif atau gelandang bertahan dengan kemampuan menghentikan serangan bisa menjadi solusi jangka pendek yang efektif.

Pada akhirnya, meskipun hasil buruk terus menghantui Manchester United, harapan untuk bangkit selalu ada. Dengan perbaikan di sektor pertahanan, peningkatan mentalitas tim, dan penyesuaian taktik, MU masih memiliki kesempatan untuk menyelamatkan musim ini dan meraih kesuksesan di kompetisi domestik maupun Eropa.