Tantangan Erik ten Hag di Manchester United: Mengatasi Start Terburuk dan Membangun Ulang Performa Tim

Tantangan Erik ten Hag di Manchester United: Mengatasi Start Terburuk dan Membangun Ulang Performa Tim

Manchester United memulai musim 2023/2024 dengan performa yang jauh di bawah ekspektasi. Di bawah manajer asal Belanda, Erik ten Hag, Setan Merah mengalami berbagai tantangan serius dalam beberapa pertandingan pertama mereka, dengan hanya mampu mengumpulkan tujuh poin dari enam laga awal Premier League. Hasil ini membuat banyak pihak mempertanyakan strategi dan kemampuan manajer yang baru memasuki musim keduanya di Old Trafford. Kekalahan besar dari Tottenham Hotspur dengan skor 0-3 di kandang, menyusul kekalahan sebelumnya dari Liverpool, semakin menambah tekanan pada Ten Hag, yang kini harus berjuang keras untuk membalikkan keadaan.

Start Terburuk MU di Premier League

Performa buruk Manchester United dalam enam pertandingan pertama musim ini merupakan salah satu start terburuk dalam sejarah mereka di Premier League. Dengan hanya meraih tujuh poin, tim asuhan Ten Hag menyamai pencapaian buruk pada musim 2013/2014 dan 2020/2021. Pada kedua musim tersebut, Manchester United juga mengalami kesulitan yang serupa, meskipun berhasil bangkit dan mengakhiri musim dengan posisi yang lebih baik.

Namun, kondisi saat ini tampaknya lebih menantang. Pada musim 2023/2024, Manchester United hanya mampu mencetak lima gol dalam enam pertandingan Premier League, yang menunjukkan betapa tumpulnya lini serang mereka. Sebagai klub dengan sejarah panjang sebagai salah satu kekuatan paling menakutkan di liga, start ini tentu mengejutkan banyak penggemar dan pengamat sepak bola.

Pertanyaan utama yang muncul adalah: apa yang salah dengan Manchester United? Apakah ini masalah taktik, performa individu pemain, atau ada faktor lain yang berkontribusi pada krisis ini?

Analisis Performa Manchester United di Bawah Erik ten Hag

Erik ten Hag tiba di Manchester United dengan reputasi yang kuat, terutama setelah sukses membawa Ajax Amsterdam mencapai semifinal Liga Champions pada 2019. Dia dikenal sebagai manajer yang menerapkan filosofi sepak bola menyerang dengan pendekatan yang mengutamakan penguasaan bola dan pressing tinggi. Namun, sejauh ini, tantangan yang dihadapinya di Manchester United tampak lebih besar dari yang diperkirakan.

Musim pertama Ten Hag di Old Trafford memberikan secercah harapan bagi penggemar. Dia berhasil membawa tim meraih trofi Piala Liga, menunjukkan potensi untuk kebangkitan klub. Namun, musim kedua tampak menjadi ujian yang jauh lebih sulit. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi Ten Hag adalah konsistensi tim dalam mempertahankan level permainan tinggi di setiap pertandingan.

Secara taktik, Ten Hag sering menggunakan formasi 4-2-3-1, dengan mengandalkan penguasaan bola dan serangan cepat melalui sayap. Namun, lini tengah United yang tampak solid musim lalu kini sering terlihat kewalahan menghadapi tekanan lawan, dan pertahanan mereka tampak rentan terhadap serangan balik. Banyak pengamat mengkritik keputusan Ten Hag dalam pemilihan pemain dan kurangnya adaptasi taktik ketika menghadapi lawan yang bermain dengan gaya berbeda.

Lini Serang yang Tumpul

Salah satu aspek paling mengkhawatirkan dari performa Manchester United musim ini adalah tumpulnya lini serang mereka. Dengan hanya mencetak lima gol dalam enam pertandingan Premier League, produktivitas tim berada jauh di bawah standar yang diharapkan. Pemain-pemain kunci seperti Marcus Rashford, Antony, dan Bruno Fernandes tampak kesulitan untuk menemukan bentuk permainan terbaik mereka, sementara penyerang baru seperti Rasmus Højlund belum sepenuhnya mampu memberikan dampak signifikan.

Penyebab utama dari kurangnya gol ini bisa dilihat dari beberapa faktor. Pertama, tidak adanya pemain nomor 9 yang konsisten. Setelah kepergian Cristiano Ronaldo pada musim sebelumnya, Manchester United belum menemukan pengganti yang mampu secara reguler mencetak gol di setiap pertandingan. Rasmus Højlund, yang baru saja bergabung dari Atalanta, masih dalam proses adaptasi dengan gaya permainan Premier League, sementara Anthony Martial terus berjuang dengan masalah cedera yang menghambat kontribusinya.

Kedua, masalah kreativitas di lini tengah juga menjadi sorotan. Bruno Fernandes, yang biasanya menjadi otak serangan United, seringkali terlihat frustrasi karena kurangnya pergerakan dari pemain depan yang bisa membuka ruang. Selain itu, pemain-pemain sayap seperti Antony dan Jadon Sancho tidak mampu memberikan ancaman yang konsisten dari sisi lapangan, sehingga mempersempit opsi serangan bagi tim.

Krisis Pertahanan dan Kekalahan di Kandang

Selain masalah di lini serang, Manchester United juga menghadapi krisis di lini pertahanan. Kekalahan 0-3 dari Tottenham di Old Trafford menyoroti kelemahan mereka dalam menghadapi tim-tim besar di liga. Pertahanan yang tampak solid pada musim sebelumnya kini terlihat rentan terhadap serangan lawan, terutama ketika dihadapkan dengan pemain-pemain yang cepat dan agresif.

Di bawah Erik ten Hag, Manchester United memang mencoba untuk bermain dengan garis pertahanan yang lebih tinggi dan pressing yang lebih intens di lini tengah. Namun, kurangnya koordinasi antara bek tengah dan bek sayap sering kali menyebabkan lubang di lini belakang, yang dimanfaatkan oleh lawan untuk mencetak gol. Misalnya, dalam kekalahan melawan Liverpool dan Tottenham, United terlihat kesulitan dalam mengatasi serangan balik cepat, yang seringkali berujung pada gol-gol krusial.

Selain itu, performa buruk di Old Trafford, yang biasanya dikenal sebagai benteng yang sulit ditembus, menjadi pukulan telak bagi tim. Dalam sejarah klub, Old Trafford sering kali menjadi tempat di mana Manchester United menunjukkan dominasinya atas lawan-lawan mereka. Kekalahan dari tim-tim seperti Tottenham dan Crystal Palace di kandang mencerminkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi tim saat ini.

Potensi Pemecatan Erik ten Hag?

Hasil-hasil buruk ini telah menimbulkan spekulasi tentang masa depan Erik ten Hag di Manchester United. Dalam dunia sepak bola modern, terutama di klub-klub besar, manajer sering kali dipecat setelah mengalami rangkaian hasil negatif, terutama jika mereka gagal memenuhi ekspektasi tinggi yang diberikan oleh manajemen klub dan para penggemar.

Meskipun Ten Hag masih optimis bahwa dia dapat membalikkan keadaan, spekulasi tentang potensi pemecatannya semakin intensif. Beberapa laporan media menyebutkan bahwa manajemen klub telah menyiapkan rencana darurat jika hasil buruk terus berlanjut, terutama setelah pertandingan melawan FC Porto di Liga Champions dan Aston Villa di Premier League.

Namun, memecat Erik ten Hag mungkin bukanlah solusi terbaik. Manchester United membutuhkan stabilitas dan proses jangka panjang untuk membangun kembali kejayaannya. Terlalu sering mengganti manajer bisa membuat tim semakin sulit menemukan konsistensi yang dibutuhkan untuk bersaing di level tertinggi. Oleh karena itu, penting bagi klub untuk memberikan waktu dan dukungan kepada Ten Hag untuk mengatasi tantangan yang ada dan menemukan solusi yang tepat.

Pertandingan Mendatang Melawan FC Porto dan Aston Villa

Pertandingan melawan FC Porto di Liga Champions dan Aston Villa di Premier League akan menjadi titik penting bagi Erik ten Hag dan Manchester United. Kemenangan dalam dua pertandingan ini bisa memberikan dorongan moral yang sangat dibutuhkan oleh tim, sementara kekalahan bisa memperparah situasi yang sudah sulit.

FC Porto merupakan tim yang solid dengan pengalaman di kompetisi Eropa, sementara Aston Villa telah menunjukkan peningkatan performa di bawah manajer Unai Emery. Keduanya akan menjadi ujian berat bagi Manchester United, yang harus menemukan cara untuk mengatasi masalah mereka di lini depan dan belakang.

Bagi Ten Hag, dua pertandingan ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa dia masih mampu membawa Manchester United ke arah yang benar. Jika berhasil, dia mungkin akan mendapatkan waktu lebih banyak untuk mengimplementasikan visinya. Namun, jika gagal, masa depannya di Old Trafford bisa semakin dipertanyakan.

Kesimpulan

Erik ten Hag berada dalam situasi yang sulit di Manchester United, dengan tekanan besar akibat start terburuk tim di Premier League. Tantangan yang dihadapinya mencakup masalah taktik, performa pemain, hingga lini serang yang tumpul. Namun, meskipun ada spekulasi tentang potensi pemecatannya, Ten Hag masih yakin dia bisa membalikkan keadaan dan membawa Manchester United kembali ke papan atas.

Pertandingan melawan FC Porto dan Aston Villa akan menjadi momen krusial yang menentukan masa depan Ten Hag di klub. Terlepas dari hasilnya, yang jelas adalah bahwa Manchester United membutuhkan stabilitas dan proses jangka panjang untuk benar-benar bangkit dari keterpurukan ini.